- Home >
- world and soul >
- Chapter 2 : that true
Posted by : Unknown
Minggu, 28 Agustus 2016
Hari yang cerah. Matahari bersinar dengan terang. Dan angin pagi yang sejuk berhembus.
Hari ini sudah 3 hari Kuro tidak sadarkan diri. Tubuhnya memang tidak
terluka parah tapi luka dalamlah yang dialaminya sekarang.
Rosemary masuk kekamar dimana Kuro dirawat. Tidak seperti biasanya. Hari ini Rosemary hanya menggunakan baju santai biasa.
Dengan baju itu bisa dilihat bahwa dua gundukan Rosemary bisa dikatakan besar.
Dia melihat Kuro dengan seember air ditangannya.
Setiap hari. Rosemarylah yang memandikan dqn merawat Kuro. Itu adalah
kemauannya sendiri. Awalnya banyak yang menolak keinginannya itu
dikarena dia adalah jendral sihir. Tapi dengan alasan balas budi karena
menyelamatkan kamp ini. Tidak ada yang berani protes.
"Belum bangun yah?. Sampai kapan kau mau tidur bocah?"
Rosemary mendekati Kuro. Dia merendam kain ditangannya lalu membuka baju kaos Kuro.
Bisa dilihat dada bidang dan perut yang berbentuk ditubuhnya. Itu semua berkat latihan rutin Kuro.
Rosemary kembali mengambil kain tadi lalu memerasnya. Diusapkannya kebadan Kuro.
Tidak ada reaksi dari Kuro. Dihanya memejamkan matanya tanpa tau apa yang dilakukan Rosemary.
Setelah selesai memandikan Kuro. Rosemary pergi ketempatnya berasal.
《》《》《》
Beberapa jam setelah Rosemary pergi. Kuro terbangun dari tidur
panjangnya. Badannya terasa normal seperti biasa. Padahal dia baru
pingsan.
Dia bangun dari ranjang. Mengambil segelas air putih yang ada dimeja dekatnya.
"Huhh.. segarnya."
Tengkorokan Kuro sangat kering karena tidak mendapat air selama tiga hari ini.
Krukk... krukk..
Suara mengerikan keluar dari perut Kuro.
"Duh.. Lapar nih."
Kuro keluar dari kamarnya.
"Ahh... Kau sudah sadar Kuro."
Luis mendekati Kuro.
"Ya. Seperti yang kau lihat."
"Haha.. ngomong ngomong. Kau pake lensa mata?"
Kuro jelas bingung. Lensa mata? Bagaimana dia memakainya kalau dia pingsan?
"Apa maksudmu?"
Tanya Kuro heran.
"Matamu warnanya berbeda dari yang dulu."
Berbeda? Kuro segera berlari kedalam tendanya dan mencari cermin. Setelah dapat.
Kuro sangat terkejut. Iris matanya beubah jadi merah darah.
Memang saat Kuro bangun penglihatannya berbeda dari sebelumnya. Matanya
sekarang bisa melihat sesuatu 3x lebih lambat. Seperti slow motion.
Tapi, dia tidak menyangka matanya akan berubah merah.
'itulah efek samping dari Dark elemen.'
Suara Aeria terdengar dikepalanya.
'Ahh... Aeria. Kau mengejutkanku.'
'Hehe.. Maaf Kuro-kun.'
Suara tawa yang imut terdengar oleh Kuro. Suara tawa yang bisa mengetarkan hatinya.
'Oh iya Aeria. Kau berhutang penjelasan padaku.'
'Penjelasanan?'
Suara Aeria terdengar kebingungan.
'ya. Penjelasan tentang kekuatanku.'
'Ohh.. yang itu. Oke akan kujelaskan.'
Setelah mendapat petunjuk dari Kuro. Aeria mengingatnya.
'Ehmm.. Kekuatanmu sebelumnya tersegel dengan 5 segel kuno yang bebeda
beda. Tapi sekarang ini kau sudah membuka segel pertama.'
Banyak pertanyaan yang ingin diajukan Kuro tapi tidak sopan untuk memotong pembicaraan orang lain.
'Karena kau sudah membuka segel peertama kekuatan fisik maupun sihirmu
bertambah. Kini kau bisa menggunakan tiga elemen sihir. Tapi tidak
menutup kemungkinan kalau kau membuka segel selanjutnya elemen dan
kekuatanmu akan bertambah lagi.'
Kuro berjalan keluar tenda
sambil mendengar penjelasan Aeria. Dia bisa melihat beberapa prajurit
berbenah memperbaiki gerbang utara.
'Memangnya ada berapa elemen didunia ini.'
Sekarang giliran Kuro yang bicara.
'Didunia ini ada 10 elemen sihir yaitu.
Api,air,tanah,petir,angin,kegelapan,cahaya,tumbuhan,gravitasi,dan
pemangil. Dari kesepuluh sihir itu sihir kegelapan,cahaya,gravitasi,dan
pemanggil adalah sihir langka.'
Kegelapan adalah sihir langka? Berarti dia beruntung mempunyai sihir itu.
'Tapi setiap sihir langka punya efek sampingnya masing masing.'
'Efek samping?'
'Ya. Biasanya efek samping yang muncul berbeda beda. Seperti halnya
dirimu. Efek sampingmu adalah matamu yang bisa melihat objek 3x lebih
lambat.'
Kuro hanya mengangguk . Memang dia bisa melihat objek 3x
lebih lambat dari biasanya. Tapi apakah itu bisa dibilang efek samping?
'Tapi efek samping yang muncul bisa positive atau negative. Tapi ingat
semua efek samping apabila digunakan dengan baik bisa menjadi kekuatan
yang mengerikan.'
'Aeria ada yang ingin kutanyakan.'
Aeria diam sesaat. Sebelum menjawab pertanyaan Kuro.
'Apa itu Kuro-kun.'
Kuro menghela nafasnya sesat sebelum melanjutkan pembicaraan.
'Menurutku kau sudah tau aku bukan dari dunia ini. Jadi pertanyaanku adalah. Siapa yang memanggil aku kedunia ini.'
Aeria terdiam. Dia memang sudah tau kalau Kuro bukan dari dunia ini.
'Kalau aku jujur padamu. Apa kau akan marah padaku?'
Kuro menghentikan langkahnya. Sekarang Kuro berada tepat didepan kantin kamp divisi 2.
'Apa ada alasan untuk aku marah mendengar kejujuran seseorang?'
Aeria menghela nafas sebelum menjawab.
'Aku yang memanggilmu kedunia ini Kuro-kun.'
Mendengar itu Kuro seperti disambar petir. Tubuhnya bergetar pelan. Dia
tidak menyangka kalau Aeria lah yang memanggilnya kedunia sihir ini.
Kuro menarik nafas dalam lalu menghembuskannya pelan. Dia mencoba menenangkan dirinya dari kejutan yang satu ini.
'Baiklah. sekarang pertanyaanku. Untuk apa kau memanggilku?'
'Untuk jawaban pertanyaanmu itu. Aku harus menceritakan kisahku saat masih memiliki tubuh manusiaku.'
Kuro terkejut. Aeria bukan manusia? Berarti yang selama ini yang bebicara dengan dia hanyalah roh atau jiwa Aeria saja.
'Dulu sebelum aku disegel oleh rantai kuno itu. Aku melakukan sihir pemanggil terlarang didunia.'
Ada satu hal yang mengganjal dipikiran Kuro.
'Sihir pemanggil. Berarti kau pengguna sihir langka.'
'Tunggu aku selesai dulu Kuro-kun. Tidak baik memotong omongan orang lain.'
Kuro merutuki sikapnya. Dia tidak sadar dengan sikapnya tadi.
Kuro masuk kedalam kantin dan duduk disalah satu bangku yang kosong.
'Ya. Aku memang pengguna sihir langka. Tapi itu dulu. Saat tubuhku masih ada. Sekarang aku tak lebih dari jiwa tanpa raga.'
Suara Aeria terdengar sedih. Tapi Kuro tidak menyadarinya.
'Aeria kau belum menjawab pertanyaanku.'
Seakan teringkat sesuatu Aeria tertawa kering.
'Haha.. maaf aku lupa. Aku memanggilmu kedunia ini untuk membantu kami. Umat manusia yang ada didunia ini.'
'Membantu? Maksudmu?'
'Kau tau. Aku memanggilmu kesini karena kau punya kekuatan yang sangat
mengagumkan. Kekuatan yang sama dengan leluhur kami. Umat manusia'
Kuro tambah bingung dengan kalimat Aeria. Kekuatan yang mengagumkan? Dia saja menggunakan beberapa sihir sudah jatuh pingsan.
'Aku menggunakan sihir pemanggil terlarang untuk memanggilmu. Dan efek
sampingnya yang kudapatkan adalah tubuh dan jiwaku terpisah.'
Kuro memejamkan matanya. Mencoba mencerna semua yang dikatakan oleh Aeria.
'Kalau begitu tubuhmu masih ada didunia ini kan. Dan jika kau ketemu tubuhmu lagi kau bisa kembali jadi manusiakan.'
Aeria menghela nafasnya.
'Ya aku memang bisa kembali jadi manusia jika ketemu tubuhku lagi. Tapi itu tidak semudah yang kau pikirkan Kuro-kun'
Kuro menyipitkan matanya. Dia tidak mengerti dengan perkataan Aeria satu ini.
'Apa maksudmu?'
'Huhh.. Tubuhku sekarang sudah diambil alih oleh jiwa lain. Jiwa dari Ratu neraka, Morgana.'
Kuro baru tau sekarang bahwa tubuh manusia bisa diambil alih oleh jiwa orang lain.
'Tapi jika kita mengeluarkannya dari tubuhmu. Kau bisa jadi manusia lagikan'
'Ya itu benar. Tapi hal itu tidak akan mudah dilakukan.'
Kuro tersenyum lebar. Menarik perhatian dari orang lain yang ada dikantin itu.
'Hehh.. Kau pikir siapa aku Aeria? Aku akan membantumu mendapatkan tubuhmu.'
'Terima kasih Kuro-kun. Aku pegang perkataanmu.'
'Ya. Aku tak akan menariknya kembali.'
Mereka terdiam sesaat. Tidak ada yang memulai pembicaraan selama
beberapa menit. Dan akhirnya Aeria lah yang membuka pembicaraan.
'Kuro-kun apa kau tidak marah alu memanggilmu kedunia ini. Dunia yang tidak kau kenal dan berbahaya ini?.'
Kuro terdiam sesaat. Dia tidak menyangka kalau Aeria akan bertanya seperti itu.
'Aku tidak marah. Malah aku senang kau memanggilku kedunia ini Aeria.'
'Senang? Aku sudah memanggilmu secara paksa. Meninggalkan apa yang kau bangun didunia sana.'
Suara Aeria terdengar bergetar.
'Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan hidupku disana.'
Kuro memesan secangkir kopi dan sepotong roti untuk sarapannya. Sebelum melanjutkan perkataannya.
'Sekarang giliranku menceritakan diriku. Dulu aku hanya manusia biasa.
Kami disana tidak mengenal yang namanya sihir dan monster. Tapi
kekacauan diduniaku sana lebih parah dari dunia ini.'
'Apa maksudmu? Bukankah kalau tidak ada monster dunia akan aman dan damai?.'
'Kedamaian diduniaku tidak berlaku. Kekacauan yang kumaksud adalah
kekacauan yang disebabkan oleh manusia itu sendiri. Manusia yang percaya
akan kedamaian dan keadilan yang palsu. Keadilan yang diciptakan oleh
pemikiran naif manusia itu sendiri dan kedamaian yang terlahir karena
rasa takut manusia itu sendiri.'
Kuro meminum kopinya yang mulai dingin.
'Apa kau tau rasanya hidup dalam halusinasi dan imajinasimu sendiri Aeria?.'
Aeria hanya diam. dia tidak tau harus menjawab apa.
'Rasanya sangat sakit. Hidupmu seperti sudah ditentukan. Karena itulah aku sangat bersyukur kau memanggilku kesini Aeria.'
'Disini aku bisa hidup dengan bebas. Dan bisa menentukan hidupku
sendiri tanpa terikat dengan hal yang tidak penting seperti sekolah.'
'Sekolah? Apa itu Kuro-kun?'
'Kau tidak perlu tau itu Aeria.'
'Humpphhh... Kuro-kun pelit.'
Nada suara Aeria terdengar kesal. Dan itu membuat Kuro tertawa kecil. Sudah lama dia tidak merasakan sensasi seperti ini.
'Haha... Ya sudah. Aku mau sarapan dulu. Nanti kita bicara lagi Aeria.'
'Baiklah Kuro-kun. Sampai jumpa.'
Suara Aeria menghilang dari kepala Kuro.
Sekarang Kuro bisa sarapan dengan tenang. Tapi sebelum dia bisa mengambil rotinya suara berat milik Luis terdengar.
"Hoohh.. Kau seperti orang gila Kuro. Senyam senyum sendiri."
Luis duduk didepan Kuro. Dia membawa makanan yang sama dengan Kuro.
"Luis-san apa kau tau kekuatan leluhur manusia?"
Kuro lupa menanyakan hal itu pada Aeria jadi. Dia harus menanyakannya dengan orang lain.
"Hehh.. Aku terkejut ada manusia yang tidak tau kekuatan leluhurnya sendiri."
Kuro terdiam. Dia sadar kalau pertanyaannya tadi bisa membongkar
identitasnya sendiri. Tapi untungnya Luis adalah orang tua bodoh.
"Ya menurut cerita yang kudengar. Leluhur kita itu mempunyai kekuatan
yang sangat dahsyat. Dia mampu menghancurkan sebuah negara hanya dengan
satu ayunan pedangnya."
"Satu ayunan pedang? Bukankah itu terlalu over power."
"Haha.. kau betul. Tapi itulah yang aku dengar. Oh iya. Leluhur kita
juga adalah orang yang mempunyai sihir setingkat dengan Dewa."
Manusia yang setingkat dengan Dewa. Mendengar penjelasan Luis, Kuro merasa seperti ada didunia anime.
"Aku tau itu terdengar berlebihan. Tapi itulah yang pernah aku dengar dan baca sejauh ini."
Kuro hanya mengangguk sambil mengunyah roti yang ada dimulutnya.
"Luis-san. Apa kau tau kekuatan leluhur. Seperti elemen atau semacamnya?."
Luis menaruh tangan kanannya didagunya. Seperti sedang berpikir keras.
"Kalau tidak salah elemen yang dipakai oleh leluhur adalah semua elemen yang ada."
Sruuttt..
Kuro menyemburkan roti yang ada didalam mulutnya saat mendengar kekuatan leluhur manusia. Roti itu berhamburan mengenai Luis.
"Oyy.. oyy.. lihat apa yang kau lakukan. Mukaku jadi kotor begini."
Kuro hanya membersihkan mulutnya dengan lengan bajunya.
Sekarang yang ada dipikiran Kuro adalah perkataan Aeria tadi. Dimana Aeria bilang kalau kekuatannya sama dengan leluhur.
"Apa itu benar Luis-san?."
Kuro mencoba mencari kepastian.
"Aku tidak tau. itu yang pernah aku dengar dan baca dari buku. Oh iya
satu lagi. Karena kekuatannya itu leluhur kita diangkat menjadi salah
satu Dewa didunia ini."
Kuro sekali lagi terkejut. Tapi untungnya tidak ada makanan didalam mulutnya.
Manusia yang diangkat menjadi dewa? Dunia sangat menarik. Itulah yang ada dipikran Kuro.
"Oh iya Kuro. Habis ini kau mau kemana?"
Kuro mengalihkan pandangannya ke Luis.
"Ya. Habis ini aku mau ketemu Rose-san dan pergi dari kamp ini."
"Pergi dari kamp ini? Kemana?"
"Entah. Aku hanya akan mengikuti langkah kaki dan angin yang membawaku."
Luis menghela nafas dalam.
"Kau tau Kuro. Terkadang perkataanmu itu sangat sulit dipahami."
Mereka diam sesaat dan tertawa lepas setelahnya. Mereka seperti sudah sangat akrab sekali.
"Oke aku harus pergi ketempat Rose-san berada. Sampai jumpa orang tua bodoh."
"Oyy bocah. Siapa yang kau panggil orang tua bodoh hah?."
Kuro tersenyum jahil.
"Ya tentu saja kau pak tua."
Luis terlihat kesal. Saat ini dia ingin sekali menghajar Kuro. Tapi dia tau kekuatan Kuro melebihi dirinya.
"Huhh.. untuk saat ini aku memaafkanmu. Sampai jumpa bocah."
Mereka melakukan tos kepalan tangan.
Setelah itu Kuro pergi kearah tenda dimama Rosemary berada.
Satelah sampai Kuro langsung masuk kedalam.
Satelah sampai Kuro langsung masuk kedalam.
"Rose-san aku masuk"
Tidak ada jawaban dari dalam. Dilihatnya Rosemary yang tertidur dengan kertas dokumen yang berserakan.
"Huhh.. tidur yah. Ya sudah aku akan nitip salam untukmu saja."
Kuro keluar. Sekarang dia berjalan menuju gerbang utara. Bisa dilihat kalau banyak sekali orang yang memperbaiki gerbang itu.
Saat sampai digerbang Kuro bisa melihat bekas pertempuran melaw
an demon beberapa hari yang lalu.
Bahu Kuro ditepuk seseorang. Secara reflek Kuro melihat kebelakang siapa yang melakukannya.
"Yoo Kuro aku punya hadiah untukmu. Mungkin bisa bermanfaat untukmu."
Orang itu adalah Luis. Luis memberikan pedang Katana khas dengan orang jepang. Pedang itu bebilah putih dan gagang merah.
"Terima kasih Luis-san. Oh iya. Jangan lupa sampaikan salamku untuk Rose-san."
"Apa kau belum ketemu dia."
Kuro hanya mengelengkan kepalanya.
"Aku sudah ketemu dia. Tapi dia tidur."
Luis tertawa kecil mendengar itu.
"Haha... sepertinya dia kecapaian."
"Kalau begitu sampai ketemu lagi Luis-san."
"Ya. Sampai ketemu lagi."
Kuro berbalik dan berjalan keluar gerbang sambil membawa pedang Katana pemberian Luis.
Angin sepoi sepoi bertiup kesana kemari dan burung bekicau dipagi hari itu. Menemani kepergian Kuro dari Kamp divisi sihir 2.
Dan mulai sekaranglah petualangan Kuro sesungguhnya dimulai didunia sihir ini.