- Home >
- world and soul >
- Chapter 0 : world And Soul
Posted by : Unknown
Selasa, 23 Agustus 2016
Apa itu kesetaraan? Keadilan? Dan apa itu kedamaian? Apakah
didunia ini ada hal itu?. Apakah kesenjangan antara kaya dan miskin adalah
kesetaraan? Apakaah hukum yang dapat dibeli dengan uang adalah keadilan? Dan
apakah pembunuhan,pemerkosaan,dan pencurian adalah kedamaian?. Jawabannya
Tidak. Kesetaraan,keadilan,dan kedamaian didunia ini hanyalah palsu. Tidak ada
manusia yang mau disetarakan dengan manusia yang lebih rendah derajatnya. Dunia
yang sebenarnya hanyalah tempat dimana makhluk hidup yang disebut manusia
menentukan apakah dia percaya atau tidak.
《》《》《》
Kuro Kasame. Salah satu murid Higaya Highschool kelas 11-2.
Dari segi penampilan tidak ada yang spesial dari Kuro hanya rambut hitam
acak,iris mata yang senada dengan rambutn
ya. Walaupun wajah Kuro tampan tapi
ekspresi datar dan membosankan yang selalu ditampilkannya.
"Huhh..."
Hanya desahan bosanlah yang keluar dari mulut Kuro. Saat ini
pelajaran sejarah salah satu pelajaran yang paling membuat Kuro bosan mungkin
juga siswa lain. Kuro menatap keluar jendela melihat hamparan luas langit biru
yang cerah. Terbang bebas tanpa ada hambatan yan menghalanginya.
(Seandainya aku seperti awan.)
Pikir Kuro.
Tringg~~Tringg~~
Bel tanda istirahat berbunyi. Sebuah tanda bahwa pelajaran
sejarah yang membosankan telah berakhir.
"Baiklah. Anak-anak, jangan lupa tugas kalian. Minggu
depan semuanya harus dikumpul."
Kata seorang wanita paruh baya didepan kelas. Siapa lagi
kalau bukan guru sejarah.
"Haik. Sensei"
Jawab seluruh siswa dengan serempak kecuali Kuro. Sensei
hanya menatap Kuro dan mengelengankan kepalanya sesaat. Dia sudah terbiasa
dengan Kuro. Termasuk sikap baik dan buruknya.
Setelah sensei meninggalkan kelas. Disaat itulah seluruh
siswa membuat kelompok masing-masing untuk menikmati makan siang. Ada yang
pergi kekantin dan ada juga yang membawa bekal dan makan bersama dikelas. Ada
juga yang pergi keatap untuk makan dan bisa dipastikan orang yang makan diatap
adalah seorang yang anti sosial atau mempunyai masalah. Dan disitu lah tempat
yang Kuro tuju untuk makan.
Disekolah ini Kuro dikenal dengan sikap anti sosialnya. Jadi
tak heran kalau atap adalah tempat andalannya untuk makan.
Tepat setelah Kuro melangkahkan kakinya melewati pintu atap.
Angin berhembus dengan lembut menerpa rambut Kuro yang hitam kelam dan membuatnya
berkibar lemah.
Kuro menuju salahsatu bangku yang ada diatap. Kebetulan
sekali bangku yang dia pilih adalah bangku yang langsung menghadap kelapangan.
Kuro membuka bekalnya. Tidak ada yang spesial hanya beberapa
potong roti lapis.
"Itakadimassu.."
Tepat setelah Kuro meghabiskan roti pertamanya. Angin
kencang tiba tiba berhembus, awan gelap perlahan menutupi angkasa dan petir
menyambar.
"Hmm.. ini aneh. Bukannya ramalan cuaca tadi pagi bilang
hari ini akan sangat cerah?."
Gumam Kuro. Berkebalikan dengan yang dikatakan peramal cuaca
di TV. Siang ini cuacanya seperti akan muncul badai.
"Mungkin ramalan cuaca tidak bisa dipercaya lagi."
Kuro menutup bekalnya dan bergegas menuju pintu keluar. Saat
Kuro memutar knop pintu. Pintu itu terkunci.
"Ayolah.. jangan bercanda begini. Apa kau mau aku
kehujanan?."
Walaupun berapa kali Kuro memutar knop tapi tetap saja tidak
terbuka.
"Hanya ada satu cara. Baiklah. Kau yang memaksa ini..
pintu."
Kuro berbicara dengan pintu kalau ada yang melihat ini pasti
Kuro akan dianggap orang gila.
Kuro mengambil jarak dari pintu dan memasang ancang ancang.
Memiringkan badannya dan pandangan lurus kedepan. Sedetik kemudian Kuro berlari
menambrakan dirinya kepintu dengan bagian bahu kanan duluan.
Bruukk
Kuro telempar sejauh 2 meter.
"Terbuat dari apasih pintu itu?."
Gerutu Kuro. Dia kira pintu akan terbuka apabila dia dobrak
Tapi kenyataan memang kejam. Bukannya pintu terbuka malah
Kuro yang telempar.
Kuro mendongkakan kepalanya. Langit yang hitam dan petir
petir menyambar dengan ganas. Tapi anehnya walaupun awan sudah berwarna kelabu
tapi hujan tidak turun turun.
"Pasrah aja dah.."
Gumam Kuro. Dia menuju tempatnya duduk tadi. Membuka kembali
bekalnya dan menatap langit yang menujukan kebolehannya.
Dari sudut pandang orang lain Kuro seperti orang yang
menantang maut.
Blarr... blarr..
Petir menyambat dengan ganas. Tapi ada satu petir yang
menarik perhatian Kuro. Petir itu berwarna putih. Berbeda dengan petir yang lain
petir ini hanya sesekali muncul dan tempat munculnya selalu berbeda beda.
Tepat suapan terakhir dari Kuro. Petir putih itu menyambar
diatas Kuro.
"Menakjubkan.."
Petir itu sangat elegan tidak memancarkan cabang cabang lain
saat menyambar berbeda sekali dengan yang lain.
Tapi ada yang aneh dari petir itu. Kuro menyadari keanehan
itu. Diujung petir itu ada dua benda yang berwarna merah terang menyala.
"Aneh. Apa itu memang petir ata-"
BLARRR...!!
Belum sempat Kuro menyelesaikan kata katanya. Petir itu menyambar
tempat Kuro. Untungnya Kuro sempat menghindar kalau tidak dia akan menjadi Kuro
Pangang dengan sekejab mata.
"Hoi.. hoi.. itu sangat berbahya."
Kuro membersihkan pakaiannya yang berdebu akibat menghindari
petir tadi. Saat Kuro melihat tempat petir itu menyambar. Betapa terkejutnya
dia. Yang dia lihat bukanlah petir putih melainkan sosok yang sangat berbeda.
"N-Naga?."
Yup.. Naga itulah yang dia lihat. Sosok naga putih yang
besar dan panjang. Naga itu memiliki mata merah menyala dan gigi taring yang tajam
memenuhi mulutnya tak lupa kumis yang berkibar elegan.
Kaki Kuro bergetar hemat. Dia kira naga hanya dongeng
belaka. Tapi sekarang dia melihatnya sendiri.
"M-Mimpi. Ini pasti m-mimpi."
Tepat setelah Kuro menyelesaikan kata katanya naga itu
meraung.
Grrrauurr...
Kuro mencoba lari tapi apa daya kakinya tidak mau menuruti
perintah otaknya. Persendian kakinya seperti ditahan sesuatu. Dan kakinya tidak
mau berhenti bergetar.
Naga itu terbang tinggi keatas dan terbang memutar tepat
diatas kepala Kuro.
Tiba tiba naga itu terbang ditempatnya dan menatap langasung
kearah Kuro.
Matanya sangat menintimidasi Kuro tapi apadaya dia tidak
bisa berbuat apa apa.
Naga itu terbang menukik kearah kuro dengan kecepatan
tinggi. Kuro hanya menutup matanya tidak bedaya.
(Ini akhirnyakah?)
Pikir Kuro. Naga itu membuka mulutnya dan dengan
kecepatannya merkam Kuro.
BLARRRT..
Naga itu menghilang bersama Kuro. Tidak diketahui nasib Kuro
sekarang apakah mati tak tersisa dan menjadi abu atau ditelan oleh naga itu.
Tapi yang pasti setelah keduanya menghilang. Cuaca kembali
normal. Angin sepoi sepoi bertiup kesana kemari. Burung berkicau dengan riang
dan matahari bercahaya terang menebarkan kehangatan seakan cuaca yang tadi
tidak pernah terjadi.
《》《》《》
Disuatu tempat.
Gelap. Disini gelap sekali. Tidak ada cahaya sekecil apapun.
Apakah ini yang dinamakan kematian?
"Ghh... d-dimana aku?."
Kuro melihat sekelilingnya. Tidak ada apa apa hanya
kegelapan hampa.
"Apakah ini yang namanya kematian?."
Kuro hanya tersenyum simpul saat mengingat kejadian tadi.
Dia tidak menyangka bahwa dia akan mati secepat ini.
'Kau belum mati... Kuro.'
Suara lembut nan elegan bergema dipikiran Kuro. Bisa
dipastikan itu adalah suara seorang wanita.
"S-siapa itu?."
Kuro melihat sekelilingnya. Tapi dia tidak menemukan satu
orangpun.
'Kau belum mati.'
Suara itu bergema lagi. Kuro hanya bisa memegang kepalanya.
Entah mengapa tiba tiba kepalanya terasa sangat sakit. Seperti ditusuk ribuan
jarum dikepala.
"Ahhrgghh..."
Kuro mengerang kesakitan. Kesadarannya perlahan meninggalkannya.
Tapi sebelum kesadarannya hilang seluruhnya dia bisa mendengar suara wanita itu
lagi.
'Aku akan menunggu didunia tempatmu seharusnya berada.
Sampai bertemu lagi.... Kuro-kun'
-to be contunied-
LN ini ditulis oleh : Roni Ardani
-hak cipta dilindungi undang undang-