- Home >
- world and soul >
- Chapter 1 : the beginning
Posted by : Unknown
Minggu, 28 Agustus 2016

"Gahh.." Kuro memegang kepalanya yang masih sakit. Walaupun sakitnya tidak terlalu parah seperti tadi.
"D-dimana ini?."
Kuro mencoba bangun. Dengan bantuan batang pohon yang ada disampingnya dia berhasil berdiri tegak.
Perlahan Kuro mencoba langkah pertamanya setelah pingsan. Saat mengangkat kakinya tiba tiba keseimbangan Kuro tidak stabil untung saja ada batang pohon disampingnya. Dijadikannya batang pohon itu sebagai penopang tubuhnya agar tidak jatuh.
Setelah beberapa saat Kuro berhasil melakukan langkah pertamanya.
"Huhh.. aku seperti bayi yang belajar jalan."
Gerutu Kuro. Saat ini kaki Kuro tidak seperti biasanya. Kakinya terasa sangat berat dan keseimbangannya tidak seperti biasa.
Setelah melakukan beberapa latihan berjalan dan keseimbangan. Akhirnya Kuro berhasil menguasai tubuhnya kembali.
Perlahan Kuro mulai menyusuri hutan aneh ini. Banyak sekali pertanyaan yang ada dikepala Kuro. Tapi disimpannya semua pertanyaannya untuk nanti.
Lama Kuro berjalan dan dia belum juga menemukan tanda tanda keberadaan manusia.
Grooaarr...
Suara raungan yang keras terdengar dipenjuru hutan. Membuat burung burung berterbangan.
"S-suara apa itu?."
Walaupun takut Kuro tetap berjalan keasal suara itu.
Dibalik semak belukar itu adalah asal suaranya berasal.
Dengan keberanian yang kecil Kuro nekat mengintip apa yang ada dibalik semak semak itu.
Betapa terkejutnya dia. Yang dia lihat bukan lah suatu yang normal. Beruang setinggi 5 meter sedang memakan hasil buruannya yaitu seorang laki laki dengan zirah dan lambang yang tidak diketahui oleh Kuro.
Srekk..
Karena terkejut Kuro melangkah mundur dan tidak sengaja menginjak ranting. Itu adalah suatu kesalahan yang fatal. Karena beruang yang tadi sedang asik makan menyadari kebedaan Kuro.
Grooaarrr...
Beruang itu menatap semak belukar tempat Kuro berlindung dan meraung. Dengan sekali lompatan beruang itu sudah berada didepan Kuro dan bersiap mengoyak tubuh Kuro dengan cakarnya yang tajam.
Untung Kuro sempat menunduk dan hanya beberapa helai rambutnya saja yang terkena cakar beruang itu.
Kuro memukul perut beruang itu dan berguling kebelakang.
Kuro menatap beruang itu lagi. Sekarang beruang itu tampak sangat marah dan itu adalah berita buruk untuk Kuro.
Kuro mulai berlari secepat yang dia bisa.
Grrraarr..
Mengetahui buruannya mencoba lari beruang itu menggeram marah.
Dan dimulailah aksi kejar kejar antara Kuro dan sang beruang.
Beberapa kali nyawa Kuro hampir melayang karena cakaran maupun terkaman beruang. Untungnya Kuro pernah belajar seni bela diri sehingga dia bisa menghindari serangan si beruang.
Beruang mengangkat kaki depannya tinggi tinggi untuk mencakar Kuro.
Cakaran vertikal yang dilakukan beruang berhasil dihindari Kuro dengan berguling kedepan.
Kuro terus berlari. Dan beruang selalu setia mengikutinya dibelakang.
"Cihh.. dasar beruang keras kepala."
Kuro melompat kekiri menghindari cakaran siberuang. Alhasil cakaran siberuang mengenai pohon yang ada didepannya. Cakaran itu menyayat cukup dalam pohon itu.
Melihat hal itu Kuro bertanya. Bagaiman kalau serangan itu mengenainya?
Kuro mengelengkan kepalanya dan mengambil batang kayu. Dia tau . Tidak ada gunanya melarikan diri sekarang. Cepat atau lambat dia pasti akan tertangkap.
"Lebih baik mati setelah bertarung dari pada lari kan tuan beruuang?."
Grrr...
Beruang itu mengeram kecil seakan tau Kuro mengajaknya berduel.
Kali ini Kuro yang berlari duluan. Diangkatnya kayu ditangannya seperti pedang.
Tapi sebelum sampai siberuang lebih dulu mengayunkan cakarnya.
Kuro menunduk menghindari cakar sang beruang dan menghantamkan kayunya ketulang rusuk kanan beruang.
Krakk..
Bunyi sesuatu patah. Dan sesutu yang patah itu adalah kayunya Kuro.
Kuro melompat mundur menghindari gigitan sang beruang.
"Kau kuat juga tuan beruang."
Kuro berlari mengambil kayu lagi. Kuro mengerakan kayunya maju mundur seakan menantang sang beruang.
Groaarr...
Beruang itu meraung seakan mengerti maksud Kuro. Sang beruang berlari kearah Kuro.
Kuro juga mulai berlari. Dia tau beruang itu mengejarnya.
Dia berlari kearah salah satu pohon raksasa.
'Sedikit lagi..'
Pikir Kuro. Dia punya rencana untuk mengalahkan beruang ini. Walaupun persentasi keberhasilannya dibawah 40%. Tapi, siapa yang tau sebelum mencobakan?
'Sedikit lagi'
'Sedikit lagi'
Kuro semakin dekat dengan pohon raksasa itu.
Sang beruang melompat kedepan ingin menerkam Kuro.
'Sekarang'
Kuro menghentakan kakinya dibatang pohon raksasa itu. Dengan dorongan yang cukup Kuro melakukan salto belakang melewati kepala sang beruang yamg ingin menerkamnya.
Tentu saja beruang itu terkejut. Tapi serangannya tidak bisa dibatalkan lagi. Dan hasilnya beruang menabrak pohon raksasa itu dan menghasilkan suara yang keras.
Bruuakk.
Beruang itu roboh ketanah meninggalkan lobang yang cukup dalam dipohon.
Kuro duduk membelakangi beruang itu. Nafasnya ngos ngosan.
"Akhirnya menang juga."
Kuro medeklarasikan kemenangannya. Setidaknya itu yang dipikirkanya.
Groaarr...
Kuro terkejut dengan suara yang didengarnya. Dia kira beruang itu sudah mati atau setidaknya pingsan. Sebelum kuro sempat beraksi. Dia sudah merasakan sakit dibelakangnya.
Sreekk..
Suara daging Kuro yang sobek. Kuro terlempar beberapa meter karena serangan tadi.
Darah segat kini mengalir dibelakang Kuro. Sakit yang sangat membuat dia tidak bisa bergerak. Dia hanya bisa melihat beruang itu mendekatinya dengan tatapan buas.
Grooaarr...
Beruang itu mengangkat cakarnya tinggi tinggi bermaksud mengakhiri hidup Kuro.
Kuro menutup matanya.
Suara langkah kaki mendekati Kuro. Tapi dia tau dia tidak akan selamat.
'Selamat tinggal semua.'
Cakar sang beruang tinggal beberapa centi lagi mengenai Kuro. Dan tiba tiba tubuh sang beruang terbelah menjadi dua. Dengan garis yang lurus.
"Kalian! Cepat bantu anak ini."
Suara seorang memerintah. Dari suaranya orang itu pasti perempuan. Tapi Kuro tidak kuat membuka matanya untuk sekedar melihat penyelamatnya.
Tubuhnya diangkat oleh seseorang. Dan disaat itu juga Kuro kehilangan kesadarannya untuk kedua kalinya.
《》《》《》
"Kuro."
Kuro memdengar suara seseorang memanggilnya.
Dia melihat kesekelilingnya. Tapi hanya kegelapan yang ada.
"K-kuro.. T-tolong aku."
Dia mendengar suara itu lagi.
"Siapa itu? Tunjukan dirimu."
"K-kuro. T-tolong aku."
Kuro mulai jengkel dan berteriak.
"BAGAIMANA AKU MENOLONGMU KALAU AKU TIDAK BISA MELIHATMU!!."
Seketika tempat yang tadinya Kuro berada gelap. Kini cahaya sangar terang menggantikannya.
Spontan Kuro menutup matanya karena silau.
"K-kuro-o."
Suara itu memanggilnya lagi. Kuro membuka matanya dan dia sangat terkejut.
Saat ini Kuro berada disebuah hutan. Tidak sepeti hutan sebelumnya. Hutan ini sangat normal. Dan didepannya adalah seorang gadis sekitar umur 18 tahun. Seumuran dengan Kuro.
Gadis itu mempunyai rambut merah dengan iris mata yang sama. Wajahnya juga sangat cantik. Mungkin gadis ini adalah perempuan yang paling cantik yang pernah ditemui oleh Kuro.
Gadis itu dirantai dikedua pergelangan tangan dan kakiknya.
"Ak-akhirnya kau d-datang juga k-kuro."
Gadis itu tersenyum kearah Kuro. Gadis itu membuatnya sedikit tersipu. Dan membuat suasana canggung sementara.
"Si-siapa kau?."
Tanya Kuro. Bukankah pertanyaan itu adalah pertanyaan yang cocok untuk saat ini?
"P-perkenalkan na-nama ku A-aeria. Salam k-kenal K-kuro-kun."
Aeria memperkenalkan dirinya dengan suara yang putus putus. Mungkin efek dari rasa sakit diikat rantai.
"Kau tadi meminta pertolongankukan?"
Aeria hanya mengangguk lemah.
"Bagaimana aku menolongmu?."
Wajah Aeria tampak sedih. Dia juga tidak tau caranya.
"Huhh... Jangan menyuruh orang kalau kau sendiri tidak tau."
Gumam Kuro kesal.
Aeria hanya memasang wajah sedih. Dia tau. Dia yang bersalah disini.
Kuro yang melihat Aeria begitu menjadi tidak enak dan memutuskan menolongnya dengan cara yang ada dipikirannya.
Kuro mencari sesuatu untuk menghancurkan rantai itu.
Dia menemukan sebuah batu. Dan akan digunakannya untuk menghancurkan rantai itu.
Kuro mendekat ke Aeria dan menghantamkan batu itu kerantai yang mengikat Aeria.
Tapi bukannya rantai yang hancur melainkan batu itu yang hancur.
Kuro tidak tau lagi apa yang harus dilakukan.
Dipegagangnya rantai itu. Dia mengamati rantai itu dengan teliti.
"tidak ada yang aneh dengan rant-"
Sebelum sempat menyelesaikan kata katanya. Rantai yang dipegang Kuro hancur menjadi partikel kecil.
Tentu ini membuat Aeria maupun Kuro terkejut.
Hanya dengan sentuhan rantai itu hancur?
"Kuro-kun. A-apa yang kau lakukan tadi?."
Sekarang tangan kanan Aeria sudah bebas. Dipergelangan tangannya bisa dilihat garis merah.
"Ntah. Aku juga tidak tau."
Dengan ekspresi bingung Kuro memandangi kedua telapak tanganya.
Dia tidak percaya apa yang dilakukannya.
"Apa yang kau tunggu lagi Kuro-kun? Cepat sentuh dan hancurkan rantai yang lain."
Seakan baru sadar. Kuro langsung bergegas menyentuh rantai yang tersisa. Hanya membutuh kan waktu 5 menit semua rantai yang mengikat Aeria hancur.
Aeria sangat senang sudah sangat lama dia terikat di rantai itu.
"Terima kasih Kuro-kun. Terima kasih."
Aeria menggegam kedua telapak tangan Kuro dan membuatnya salah tingkah.
Aeria juga menyadarinya. Seketika wajah Aeria memerah karena malu.
"Ehmm.. sekali lagi terima kasih Kuro-kun."
Kuro hanya mengangguk beberapa kali.
"ini sudah waktunya kita pergi dari tempat ini. Sampai jumpa lagi Kuro-kun"
Aeria tersenyum bahagia.
"Apa maks-"
Tiba tiba semuanya menjadi terang.
《》《》《》
Kuro terbangun ditempat yang asing. Hal pertama yang dilihatnya adalah atap kayu.
"Erghh..."
Kuro mencoba bangun dari tempatnya. Tapi rasa sakit dipunggungnya menghentikan Kuro untuk bangun.
"Jangam dipaksakan dulu. Kau belum terlalu sembuh."
Seorang wanita duduk disamping ranjang Kuro.
Wanita itu menggunakan zirah putih dan ada sebuah pedang yang bergantung dipinggangnya
Dilihat dari wajahnyan wanita itu umurnya kira kira 20-an tahun.
"Eghh.. k-kau siapa?."
"Perkenalkan. Nama ku Rosemary. Jendral sihir divisi 2."
Dengan bangga Rosemary memperkenalkan diri.
Tapi, Kuro tidak memberikan ekspresi seakan dikagum tapi ekspresi binggunglah yang ditunjukan Kuro.
"Maaf? Bisa kau ulangi?."
Kuro menggosok telinganya. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya.
"Aku Rosemary. Jendral sihir divisi 2."
Kuro menunjukan wajah melongonya. Sihir? Memangnya ada hal seperti itu?.
"Ada apa?."
Melihat ekspresi Kuro yang aneh otomatis Rosemary bertanya.
"Ahh... Tidak Rose-san. Aku tidak mengira bertemu jendral dari divisi sihir. Hehe.."
Untuk saat ini. Kuro akan menutupi identitasnya.
"Ohh.. Kau beruntung bocah hanya bertemu Bloody Bear."
Kuro bingung. Bloody Bear?
"Ahh.. Apa kau tidak tau kalau beruang itu namanya Bloody Bear?"
Kuro hanya mengangguk. Dia baru beberapa saat ada ditempat aneh ini. Jadi manamungkin dia tau namanya.
"Oyy.. Bocah."
Kuro tampak kesal. Wanita didepannya ini selalu memanggilnya bocah. Padahal umur mereka berdua mungkin hanya beda 3-4 tahun saja.
"Berhenti panggil aku bocah. Aku juga punya nama."
"Ohh.. kalau begitu sebutkan namamu."
"Namaku Kuro kasame."
"Statusmu?"
Status? apaa pentingnya itu?
"Apa aku per-"
Srreettt..
Belum sempat Kuro selesai bicara. Pedang Rosemary dengan lancar keluar dari sarungnya dan menempel dileher Kuro.
"Kau harus menyebutkan statusmu. Bukankah itu aturannya... Kuro?"
'C-cepat sekali.'
Pikir Kuro. Dia tidak pernah melihat seseorang secepat itu. Keringat dingin mengalir dikening Kuro.
Rosemary makin menekan pedangnya keleher Kuro.
"S-status ku..."
Kuro binggung mau menjawab apa. Tapi setelah melihat wajah Rosemary yang menyeramkan dengan cepat dia menjawab.
"Pengrmbara. Statusku pengembara."
Rosemary menatap Kuro sejenak. Lalu menarik kembali pedangnya dan menyimpannya.
Melihat itu Kuro bisa bernapas lega. Dia kira dia akan mati.
"Aku tidak tau ada pengembara dihutan terlarang ini."
Mendengar sesuatu yang aneh Kuro menggosok telinganya.
"Terlarang? Apa maksudmu?"
"Apa kau tidak tau kalau hutan Hurz ini adalah hutan terlarang?."
Kuro hanya diam. Melihat itu Rosemary menarik kesimpulan bahwa Kuro tidak mengetahuinya.
"Haa.. Biarku jelaskan. Hutan Hurz ini adalah tempat tinggal para hewan buas dan demon."
Sekali lagi Kuro mendengar hal yang aneh. Demon?
"Saat malam hari semua hewan dan demon dihutan ini bertambah kuat
Untungnya kau cuman bertemu Bloody Bear bukannya Demon."
"Apakah demon sekuat itu?."
Kuro befikir. Kalau Bloody Bear saja sudah bisa mengoyak batang pohon sangat dalam bagaimana kekuatan Demon?
"Ya.. Tapi tidak semuanya kuat."
Kuro hanya diam.
"Yasudah. Saatnya kau ganti perban. Balikan badanmu."
Kuro membalikkan badannya. Sekarang punggung Kurolah yang dilihat Rosemary. Ditubuh Kuro terpasang tiga lapis perban.
Perlahan Rosemary membuka perban lapisan pertama Kuro.
Perban utama terlepas. Sekarang bisa dilihat perban kedua Kuro terdapat berkas darah. Menandakan luka Kuro sangat dalam.
Rosemary kembali membuka perban kedua Kuro. Walaupun agak kesulitan tapi masih bisa terbuka.
Sekarang terlihat perban lapisan pertama yang penuh darah. Dengan hati hati Rosemary membukanya.
Tapi perban itu sangat lengket. Rosemary mengambil air hangat. Dengan bantuan air itu perlahan perban terbuka.
Rosemary merasa aneh karena Kuro tidak kesakitan.
Saat semua perban terbuka. Rosemary sangat terkejut. Luka bekas cakaran Bloody Bear hilang tak tersisa. Umumnya luka seperti itu akan hilang dalam waktu 3-5 hari dengan bantuan sihir penyembuh. Dan akan meninggalkan bekas.
Tapi Kuro hanya butuh setengah hari untuk pulih. Bekas cakaranpun tidak ada dipunggungnya. Seakan punggungnya tidak pernah terluka.
"Ada apa Rose-san?. Kenapa kau diam?."
Menyadari Rosemary diam otomatis membuat Kuro bertanya.
"Ahh.. tidak apa apa. Kurasa kau tidak perlu pakai perban lagi."
Menurutnya Kuro juga tidak tau tentang kekuatan penyembuhannya.
Kuro hanya menatap Rosemary heran. Dia baru setengah hari yang lalu terluka. Tapi sekarang dia tidak perlu lagi menggunakan perban.
"Apa maksudmu?"
"Lukamu sudah kering jadi kau tidak perlu pakai perban lagi. Sekarang gunakan bajumu. Aku akan mengajakmu keliling kamp."
Merasa ada yang aneh dengan kata Rosemary. Kuropun bertanya.
"Kamp?"
Seakan baru sadar Rosemary menupuk keningnya lemah.
"Ahhh.. Sekarang kau berada dikamp sihir divisi 2. Ditepi hutan Hurz."
"Ohh..."
Kuro hanya ber-oh panjang saja. Tentu ini membuat Rosemary kesal. Tapi ditahannya semua kekesalannya karena dia tau Kuro belum terlalu sembuh walaupun lukanya sudah hilang.
Setelah Kuro memakai baju. Merekapun keluar.
Kuro sangat terkejut. Dia kira kamp ini besarnya hanya beberapa puluh meter saja. Tapi kenyataannya kamp ini lebih seperti sebuah desa.
Dibagian timur kamp ada kantin dan posko medis. Dibagian barat ada lapangan pelatiham prajurit. Bisa dilihat banyak prajurit yang berlatih.
Diselatan yaitu tempat saat ini Kuro berada adalah tempat dimana tenda tenda berdiri kokoh. Kira kira ada kurang lebih ratusan tenda.
Dan dibagian utara ada sebuah bagunan berbentuk bundar dengan dinding bara kokoh. Bisa dilihat bahwa bangunan itu tidak memiliki ventilasi udara. Seakan orang yang ada didalamnya mengisolasikan dirinya dari dunia luar.
Baru Kuro ingin bertanya tentang bangunan itu. Tapi dipotong oleh teriakan seseorang.
"Rose-sama!"
Seorang prajurit berlari dengan zirah lengkap ditubuhnya. Bisa dilihat dari nafasnya yang tidak teratur orang itu pasti kecapian.
"Ada apa Luis? Kenapa kau terburu buru?"
"Digerbang utara sekumpulan demon menyerang. Mohon tindakannya segera Rose-sama."
Mata Rosemary terbelak kaget. Sekumpulan Demon? Melawan satu demon aja sudah sulit apa satu kelompok.
"Apa kau bercanda Luis.?!"
Rosemary tidak percaya dengan ucapan Luis.
"Tidak. Saya serius Rose-sama. Sekarang prajurit digerbang utara sangat kewalahan melawan para demon."
Melihat mata Luis yang bersungguh sungguh membuat Rosemary percaya padanya.
Rosemary menarik nafas dalam dan berteriak kencang.
"PERHATIAN SEMUA!! SEKARANG GERBANG UTARA SEDANG DISERAMG SEGEROMBOLAN DEMON. SEGERA BANTU PRAJURIT YANG ADA DISANA DAN PERTAHANKAN APA YANG SUDAH KITA BANGUN."
Teriakan Rosemary menarik perhatian semua prajurit yang ada. Mereka mendengar teriakan Rosemary dengan tatapan penuh tekad dan keberanian.
Sekali lagi Rosemary berteriak.
"UNTUK KELOMPOK 1,2,3 SEGERA KEGERBANG UTARA DAN BANTU YANG ADA DISANA. UNTUK KELOMPOK MEDIS SEMBUHKAN YANG TERLUKA SEBISA KALIAN. DAN SISANYA JAGA LINI BELAKANG. SEKARANG KERJAKAN!!"
Mendengar perintah Rosemary. Semua prajurit melaksanakan tugasnya.
Kuro yang sedari tadi disamping Rosemary hanya menutup telinganya.
Rosemary melihat itu. Dia hanya menatap Kuro tajam. Dan yang ditatap hanya diam mematung.
"Kuro."
Kuro hanya diam.
"Bantu yang lain digerbang utara. Kami butuh bantuanmu."
Rosemary memberikan pedangnya. Pedang jenis satu tangan yang berbilah perak dan bergagang hitam dengan corak dan simbol yang tidak dikenal Kuro.
"Aku akan menyusul setelah mengambil pedang baru."
Rosemary lari kearah salahsatu tenda.
Ditempatnya Kuro hanya diam menatap pedang itu.
"Ya.. anggap aja balas budi."
Kuro mulai lari keutara. Dimana medan pertempuran sesungguhnya berada.
Digerbang utara. Kuro sangat terkejut. Api berkobar dimana mana dan teriakan kesakitan terus berkumandang. Makhluk makhluk aneh yang disebut demon itu ada yang bisa mengeluarkan api dan gas beracun.
Tanpa sadar. Dibelakang Kuro ada satu demon yang membuka mulutnya lebar siap menelan Kuro.
Srraattt..
"Oyy bocah. Apa kau mau mati?."
Seseorang menyelamatkan Kuro dari kematian.
"Ahh... T-terima kasih Luis-san."
Luis hanya mengangguk kecil dan langsung fokus kedemon yang masih banyak bertebaran.
"Bocah. Apa kau bisa menggunakan pedang?"
Kuro menghiraukan pertanyaan Luis dan hanya menatap diam kedemon yang baru dibunuh Luis.
Demon itu berbentuk seperti kadal raksasa dengan kulit hitam legam dan berjalan dengan dua kaki. Darahnya juga berwarna hitam bukannya merah.
"Oyy.. aku bicara denganmu bocah."
Seakan baru sadar Kuro baru menjawab pertanyaan Luis.
"Ahh.. ya aku bisa.... Mungkin."
Mendengar jawaban Kuro. Luis berdengus kesal.
"Lebih baik kau kembali saja. Orang sepertimu hanya akan menjadi penggangu."
Sekarang Kuro lah yang terlihat kesal. Dipaling benci dengan kata penggangu.
Kuro menatap Luis tajam dan aura membunuhnya meningkat pesat.
Luis menyadari tatapan Kuro. Tapi dia tidak menyadari aura membunuh Kuro.
"Apa yang kau li-"
Srriinnggg...
Belum sempat Luis selesai bicara. Pedang Kuro sudah menempel dilehernya.
Luis sangat terkejut. Kecepatan Luro hampir sama dengan kecepatan Rosemary. Salah satu dari jendral sihir.
"Cihh.. dasar beruang keras kepala."
Kuro melompat kekiri menghindari cakaran siberuang. Alhasil cakaran siberuang mengenai pohon yang ada didepannya. Cakaran itu menyayat cukup dalam pohon itu.
Melihat hal itu Kuro bertanya. Bagaiman kalau serangan itu mengenainya?
Kuro mengelengkan kepalanya dan mengambil batang kayu. Dia tau . Tidak ada gunanya melarikan diri sekarang. Cepat atau lambat dia pasti akan tertangkap.
"Lebih baik mati setelah bertarung dari pada lari kan tuan beruuang?."
Grrr...
Beruang itu mengeram kecil seakan tau Kuro mengajaknya berduel.
Kali ini Kuro yang berlari duluan. Diangkatnya kayu ditangannya seperti pedang.
Tapi sebelum sampai siberuang lebih dulu mengayunkan cakarnya.
Kuro menunduk menghindari cakar sang beruang dan menghantamkan kayunya ketulang rusuk kanan beruang.
Krakk..
Bunyi sesuatu patah. Dan sesutu yang patah itu adalah kayunya Kuro.
Kuro melompat mundur menghindari gigitan sang beruang.
"Kau kuat juga tuan beruang."
Kuro berlari mengambil kayu lagi. Kuro mengerakan kayunya maju mundur seakan menantang sang beruang.
Groaarr...
Beruang itu meraung seakan mengerti maksud Kuro. Sang beruang berlari kearah Kuro.
Kuro juga mulai berlari. Dia tau beruang itu mengejarnya.
Dia berlari kearah salah satu pohon raksasa.
'Sedikit lagi..'
Pikir Kuro. Dia punya rencana untuk mengalahkan beruang ini. Walaupun persentasi keberhasilannya dibawah 40%. Tapi, siapa yang tau sebelum mencobakan?
'Sedikit lagi'
'Sedikit lagi'
Kuro semakin dekat dengan pohon raksasa itu.
Sang beruang melompat kedepan ingin menerkam Kuro.
'Sekarang'
Kuro menghentakan kakinya dibatang pohon raksasa itu. Dengan dorongan yang cukup Kuro melakukan salto belakang melewati kepala sang beruang yamg ingin menerkamnya.
Tentu saja beruang itu terkejut. Tapi serangannya tidak bisa dibatalkan lagi. Dan hasilnya beruang menabrak pohon raksasa itu dan menghasilkan suara yang keras.
Bruuakk.
Beruang itu roboh ketanah meninggalkan lobang yang cukup dalam dipohon.
Kuro duduk membelakangi beruang itu. Nafasnya ngos ngosan.
"Akhirnya menang juga."
Kuro medeklarasikan kemenangannya. Setidaknya itu yang dipikirkanya.
Groaarr...
Kuro terkejut dengan suara yang didengarnya. Dia kira beruang itu sudah mati atau setidaknya pingsan. Sebelum kuro sempat beraksi. Dia sudah merasakan sakit dibelakangnya.
Sreekk..
Suara daging Kuro yang sobek. Kuro terlempar beberapa meter karena serangan tadi.
Darah segat kini mengalir dibelakang Kuro. Sakit yang sangat membuat dia tidak bisa bergerak. Dia hanya bisa melihat beruang itu mendekatinya dengan tatapan buas.
Grooaarr...
Beruang itu mengangkat cakarnya tinggi tinggi bermaksud mengakhiri hidup Kuro.
Kuro menutup matanya.
Suara langkah kaki mendekati Kuro. Tapi dia tau dia tidak akan selamat.
'Selamat tinggal semua.'
Cakar sang beruang tinggal beberapa centi lagi mengenai Kuro. Dan tiba tiba tubuh sang beruang terbelah menjadi dua. Dengan garis yang lurus.
"Kalian! Cepat bantu anak ini."
Suara seorang memerintah. Dari suaranya orang itu pasti perempuan. Tapi Kuro tidak kuat membuka matanya untuk sekedar melihat penyelamatnya.
Tubuhnya diangkat oleh seseorang. Dan disaat itu juga Kuro kehilangan kesadarannya untuk kedua kalinya.
《》《》《》
"Kuro."
Kuro memdengar suara seseorang memanggilnya.
Dia melihat kesekelilingnya. Tapi hanya kegelapan yang ada.
"K-kuro.. T-tolong aku."
Dia mendengar suara itu lagi.
"Siapa itu? Tunjukan dirimu."
"K-kuro. T-tolong aku."
Kuro mulai jengkel dan berteriak.
"BAGAIMANA AKU MENOLONGMU KALAU AKU TIDAK BISA MELIHATMU!!."
Seketika tempat yang tadinya Kuro berada gelap. Kini cahaya sangar terang menggantikannya.
Spontan Kuro menutup matanya karena silau.
"K-kuro-o."
Suara itu memanggilnya lagi. Kuro membuka matanya dan dia sangat terkejut.
Saat ini Kuro berada disebuah hutan. Tidak sepeti hutan sebelumnya. Hutan ini sangat normal. Dan didepannya adalah seorang gadis sekitar umur 18 tahun. Seumuran dengan Kuro.
Gadis itu mempunyai rambut merah dengan iris mata yang sama. Wajahnya juga sangat cantik. Mungkin gadis ini adalah perempuan yang paling cantik yang pernah ditemui oleh Kuro.
Gadis itu dirantai dikedua pergelangan tangan dan kakiknya.
"Ak-akhirnya kau d-datang juga k-kuro."
Gadis itu tersenyum kearah Kuro. Gadis itu membuatnya sedikit tersipu. Dan membuat suasana canggung sementara.
"Si-siapa kau?."
Tanya Kuro. Bukankah pertanyaan itu adalah pertanyaan yang cocok untuk saat ini?
"P-perkenalkan na-nama ku A-aeria. Salam k-kenal K-kuro-kun."
Aeria memperkenalkan dirinya dengan suara yang putus putus. Mungkin efek dari rasa sakit diikat rantai.
"Kau tadi meminta pertolongankukan?"
Aeria hanya mengangguk lemah.
"Bagaimana aku menolongmu?."
Wajah Aeria tampak sedih. Dia juga tidak tau caranya.
"Huhh... Jangan menyuruh orang kalau kau sendiri tidak tau."
Gumam Kuro kesal.
Aeria hanya memasang wajah sedih. Dia tau. Dia yang bersalah disini.
Kuro yang melihat Aeria begitu menjadi tidak enak dan memutuskan menolongnya dengan cara yang ada dipikirannya.
Kuro mencari sesuatu untuk menghancurkan rantai itu.
Dia menemukan sebuah batu. Dan akan digunakannya untuk menghancurkan rantai itu.
Kuro mendekat ke Aeria dan menghantamkan batu itu kerantai yang mengikat Aeria.
Tapi bukannya rantai yang hancur melainkan batu itu yang hancur.
Kuro tidak tau lagi apa yang harus dilakukan.
Dipegagangnya rantai itu. Dia mengamati rantai itu dengan teliti.
"tidak ada yang aneh dengan rant-"
Sebelum sempat menyelesaikan kata katanya. Rantai yang dipegang Kuro hancur menjadi partikel kecil.
Tentu ini membuat Aeria maupun Kuro terkejut.
Hanya dengan sentuhan rantai itu hancur?
"Kuro-kun. A-apa yang kau lakukan tadi?."
Sekarang tangan kanan Aeria sudah bebas. Dipergelangan tangannya bisa dilihat garis merah.
"Ntah. Aku juga tidak tau."
Dengan ekspresi bingung Kuro memandangi kedua telapak tanganya.
Dia tidak percaya apa yang dilakukannya.
"Apa yang kau tunggu lagi Kuro-kun? Cepat sentuh dan hancurkan rantai yang lain."
Seakan baru sadar. Kuro langsung bergegas menyentuh rantai yang tersisa. Hanya membutuh kan waktu 5 menit semua rantai yang mengikat Aeria hancur.
Aeria sangat senang sudah sangat lama dia terikat di rantai itu.
"Terima kasih Kuro-kun. Terima kasih."
Aeria menggegam kedua telapak tangan Kuro dan membuatnya salah tingkah.
Aeria juga menyadarinya. Seketika wajah Aeria memerah karena malu.
"Ehmm.. sekali lagi terima kasih Kuro-kun."
Kuro hanya mengangguk beberapa kali.
"ini sudah waktunya kita pergi dari tempat ini. Sampai jumpa lagi Kuro-kun"
Aeria tersenyum bahagia.
"Apa maks-"
Tiba tiba semuanya menjadi terang.
《》《》《》
Kuro terbangun ditempat yang asing. Hal pertama yang dilihatnya adalah atap kayu.
"Erghh..."
Kuro mencoba bangun dari tempatnya. Tapi rasa sakit dipunggungnya menghentikan Kuro untuk bangun.
"Jangam dipaksakan dulu. Kau belum terlalu sembuh."
Seorang wanita duduk disamping ranjang Kuro.
Wanita itu menggunakan zirah putih dan ada sebuah pedang yang bergantung dipinggangnya
Dilihat dari wajahnyan wanita itu umurnya kira kira 20-an tahun.
"Eghh.. k-kau siapa?."
"Perkenalkan. Nama ku Rosemary. Jendral sihir divisi 2."
Dengan bangga Rosemary memperkenalkan diri.
Tapi, Kuro tidak memberikan ekspresi seakan dikagum tapi ekspresi binggunglah yang ditunjukan Kuro.
"Maaf? Bisa kau ulangi?."
Kuro menggosok telinganya. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya.
"Aku Rosemary. Jendral sihir divisi 2."
Kuro menunjukan wajah melongonya. Sihir? Memangnya ada hal seperti itu?.
"Ada apa?."
Melihat ekspresi Kuro yang aneh otomatis Rosemary bertanya.
"Ahh... Tidak Rose-san. Aku tidak mengira bertemu jendral dari divisi sihir. Hehe.."
Untuk saat ini. Kuro akan menutupi identitasnya.
"Ohh.. Kau beruntung bocah hanya bertemu Bloody Bear."
Kuro bingung. Bloody Bear?
"Ahh.. Apa kau tidak tau kalau beruang itu namanya Bloody Bear?"
Kuro hanya mengangguk. Dia baru beberapa saat ada ditempat aneh ini. Jadi manamungkin dia tau namanya.
"Oyy.. Bocah."
Kuro tampak kesal. Wanita didepannya ini selalu memanggilnya bocah. Padahal umur mereka berdua mungkin hanya beda 3-4 tahun saja.
"Berhenti panggil aku bocah. Aku juga punya nama."
"Ohh.. kalau begitu sebutkan namamu."
"Namaku Kuro kasame."
"Statusmu?"
Status? apaa pentingnya itu?
"Apa aku per-"
Srreettt..
Belum sempat Kuro selesai bicara. Pedang Rosemary dengan lancar keluar dari sarungnya dan menempel dileher Kuro.
"Kau harus menyebutkan statusmu. Bukankah itu aturannya... Kuro?"
'C-cepat sekali.'
Pikir Kuro. Dia tidak pernah melihat seseorang secepat itu. Keringat dingin mengalir dikening Kuro.
Rosemary makin menekan pedangnya keleher Kuro.
"S-status ku..."
Kuro binggung mau menjawab apa. Tapi setelah melihat wajah Rosemary yang menyeramkan dengan cepat dia menjawab.
"Pengrmbara. Statusku pengembara."
Rosemary menatap Kuro sejenak. Lalu menarik kembali pedangnya dan menyimpannya.
Melihat itu Kuro bisa bernapas lega. Dia kira dia akan mati.
"Aku tidak tau ada pengembara dihutan terlarang ini."
Mendengar sesuatu yang aneh Kuro menggosok telinganya.
"Terlarang? Apa maksudmu?"
"Apa kau tidak tau kalau hutan Hurz ini adalah hutan terlarang?."
Kuro hanya diam. Melihat itu Rosemary menarik kesimpulan bahwa Kuro tidak mengetahuinya.
"Haa.. Biarku jelaskan. Hutan Hurz ini adalah tempat tinggal para hewan buas dan demon."
Sekali lagi Kuro mendengar hal yang aneh. Demon?
"Saat malam hari semua hewan dan demon dihutan ini bertambah kuat
Untungnya kau cuman bertemu Bloody Bear bukannya Demon."
"Apakah demon sekuat itu?."
Kuro befikir. Kalau Bloody Bear saja sudah bisa mengoyak batang pohon sangat dalam bagaimana kekuatan Demon?
"Ya.. Tapi tidak semuanya kuat."
Kuro hanya diam.
"Yasudah. Saatnya kau ganti perban. Balikan badanmu."
Kuro membalikkan badannya. Sekarang punggung Kurolah yang dilihat Rosemary. Ditubuh Kuro terpasang tiga lapis perban.
Perlahan Rosemary membuka perban lapisan pertama Kuro.
Perban utama terlepas. Sekarang bisa dilihat perban kedua Kuro terdapat berkas darah. Menandakan luka Kuro sangat dalam.
Rosemary kembali membuka perban kedua Kuro. Walaupun agak kesulitan tapi masih bisa terbuka.
Sekarang terlihat perban lapisan pertama yang penuh darah. Dengan hati hati Rosemary membukanya.
Tapi perban itu sangat lengket. Rosemary mengambil air hangat. Dengan bantuan air itu perlahan perban terbuka.
Rosemary merasa aneh karena Kuro tidak kesakitan.
Saat semua perban terbuka. Rosemary sangat terkejut. Luka bekas cakaran Bloody Bear hilang tak tersisa. Umumnya luka seperti itu akan hilang dalam waktu 3-5 hari dengan bantuan sihir penyembuh. Dan akan meninggalkan bekas.
Tapi Kuro hanya butuh setengah hari untuk pulih. Bekas cakaranpun tidak ada dipunggungnya. Seakan punggungnya tidak pernah terluka.
"Ada apa Rose-san?. Kenapa kau diam?."
Menyadari Rosemary diam otomatis membuat Kuro bertanya.
"Ahh.. tidak apa apa. Kurasa kau tidak perlu pakai perban lagi."
Menurutnya Kuro juga tidak tau tentang kekuatan penyembuhannya.
Kuro hanya menatap Rosemary heran. Dia baru setengah hari yang lalu terluka. Tapi sekarang dia tidak perlu lagi menggunakan perban.
"Apa maksudmu?"
"Lukamu sudah kering jadi kau tidak perlu pakai perban lagi. Sekarang gunakan bajumu. Aku akan mengajakmu keliling kamp."
Merasa ada yang aneh dengan kata Rosemary. Kuropun bertanya.
"Kamp?"
Seakan baru sadar Rosemary menupuk keningnya lemah.
"Ahhh.. Sekarang kau berada dikamp sihir divisi 2. Ditepi hutan Hurz."
"Ohh..."
Kuro hanya ber-oh panjang saja. Tentu ini membuat Rosemary kesal. Tapi ditahannya semua kekesalannya karena dia tau Kuro belum terlalu sembuh walaupun lukanya sudah hilang.
Setelah Kuro memakai baju. Merekapun keluar.
Kuro sangat terkejut. Dia kira kamp ini besarnya hanya beberapa puluh meter saja. Tapi kenyataannya kamp ini lebih seperti sebuah desa.
Dibagian timur kamp ada kantin dan posko medis. Dibagian barat ada lapangan pelatiham prajurit. Bisa dilihat banyak prajurit yang berlatih.
Diselatan yaitu tempat saat ini Kuro berada adalah tempat dimana tenda tenda berdiri kokoh. Kira kira ada kurang lebih ratusan tenda.
Dan dibagian utara ada sebuah bagunan berbentuk bundar dengan dinding bara kokoh. Bisa dilihat bahwa bangunan itu tidak memiliki ventilasi udara. Seakan orang yang ada didalamnya mengisolasikan dirinya dari dunia luar.
Baru Kuro ingin bertanya tentang bangunan itu. Tapi dipotong oleh teriakan seseorang.
"Rose-sama!"
Seorang prajurit berlari dengan zirah lengkap ditubuhnya. Bisa dilihat dari nafasnya yang tidak teratur orang itu pasti kecapian.
"Ada apa Luis? Kenapa kau terburu buru?"
"Digerbang utara sekumpulan demon menyerang. Mohon tindakannya segera Rose-sama."
Mata Rosemary terbelak kaget. Sekumpulan Demon? Melawan satu demon aja sudah sulit apa satu kelompok.
"Apa kau bercanda Luis.?!"
Rosemary tidak percaya dengan ucapan Luis.
"Tidak. Saya serius Rose-sama. Sekarang prajurit digerbang utara sangat kewalahan melawan para demon."
Melihat mata Luis yang bersungguh sungguh membuat Rosemary percaya padanya.
Rosemary menarik nafas dalam dan berteriak kencang.
"PERHATIAN SEMUA!! SEKARANG GERBANG UTARA SEDANG DISERAMG SEGEROMBOLAN DEMON. SEGERA BANTU PRAJURIT YANG ADA DISANA DAN PERTAHANKAN APA YANG SUDAH KITA BANGUN."
Teriakan Rosemary menarik perhatian semua prajurit yang ada. Mereka mendengar teriakan Rosemary dengan tatapan penuh tekad dan keberanian.
Sekali lagi Rosemary berteriak.
"UNTUK KELOMPOK 1,2,3 SEGERA KEGERBANG UTARA DAN BANTU YANG ADA DISANA. UNTUK KELOMPOK MEDIS SEMBUHKAN YANG TERLUKA SEBISA KALIAN. DAN SISANYA JAGA LINI BELAKANG. SEKARANG KERJAKAN!!"
Mendengar perintah Rosemary. Semua prajurit melaksanakan tugasnya.
Kuro yang sedari tadi disamping Rosemary hanya menutup telinganya.
Rosemary melihat itu. Dia hanya menatap Kuro tajam. Dan yang ditatap hanya diam mematung.
"Kuro."
Kuro hanya diam.
"Bantu yang lain digerbang utara. Kami butuh bantuanmu."
Rosemary memberikan pedangnya. Pedang jenis satu tangan yang berbilah perak dan bergagang hitam dengan corak dan simbol yang tidak dikenal Kuro.
"Aku akan menyusul setelah mengambil pedang baru."
Rosemary lari kearah salahsatu tenda.
Ditempatnya Kuro hanya diam menatap pedang itu.
"Ya.. anggap aja balas budi."
Kuro mulai lari keutara. Dimana medan pertempuran sesungguhnya berada.
Digerbang utara. Kuro sangat terkejut. Api berkobar dimana mana dan teriakan kesakitan terus berkumandang. Makhluk makhluk aneh yang disebut demon itu ada yang bisa mengeluarkan api dan gas beracun.
Tanpa sadar. Dibelakang Kuro ada satu demon yang membuka mulutnya lebar siap menelan Kuro.
Srraattt..
"Oyy bocah. Apa kau mau mati?."
Seseorang menyelamatkan Kuro dari kematian.
"Ahh... T-terima kasih Luis-san."
Luis hanya mengangguk kecil dan langsung fokus kedemon yang masih banyak bertebaran.
"Bocah. Apa kau bisa menggunakan pedang?"
Kuro menghiraukan pertanyaan Luis dan hanya menatap diam kedemon yang baru dibunuh Luis.
Demon itu berbentuk seperti kadal raksasa dengan kulit hitam legam dan berjalan dengan dua kaki. Darahnya juga berwarna hitam bukannya merah.
"Oyy.. aku bicara denganmu bocah."
Seakan baru sadar Kuro baru menjawab pertanyaan Luis.
"Ahh.. ya aku bisa.... Mungkin."
Mendengar jawaban Kuro. Luis berdengus kesal.
"Lebih baik kau kembali saja. Orang sepertimu hanya akan menjadi penggangu."
Sekarang Kuro lah yang terlihat kesal. Dipaling benci dengan kata penggangu.
Kuro menatap Luis tajam dan aura membunuhnya meningkat pesat.
Luis menyadari tatapan Kuro. Tapi dia tidak menyadari aura membunuh Kuro.
"Apa yang kau li-"
Srriinnggg...
Belum sempat Luis selesai bicara. Pedang Kuro sudah menempel dilehernya.
Luis sangat terkejut. Kecepatan Luro hampir sama dengan kecepatan Rosemary. Salah satu dari jendral sihir.
"Penggangu ya? Ayo kita liat. Siapa yang menjadi penggangu disini."
Kuro mengayunkan pedangnya cepat kebelakang. Dan langsung membelah demon yang ingin menyerangnya.
Luis yang melihat itu hanya bisa diam. Keringat dingin mengalir dikeningnya.
Kuro juga merasa kekuatannya bertambah. Tidak hanya kekuatan fisik tapi auranya juga.
Aura Kuro kini berwarna merah,unggu,dan hitam.
'K-kekuatan apa ini?'
Para demon menyadari kekuatan Kuro dan menyerangnya secara berkelompok.
'Selamat Kuro-kun. Kau berhasil membuka segel pertama.'
Suara yang dikenal Kuro beberapa saat yang lalu. Bergema dikepalanya. Suara seorang perenpuan.
'Aeria. Kau kah itu?'
Ya. Suara itu adalah suara Aeria. Perempuan yang diselamatkannya ditempat yang tidak diketahui.
'Ya ini aku Kuro-kun'
Kuro tidak menjawab Aeria. Dia mengayunkan pedangnya vertikal kearah lima demon yang berlari kearahnya. Tebasan itu menghasilkan tebasan aura berwarna merah dan langsung membelah kelima demon itu menjadi dua bagian.
Prajurit yang melihat itu hanya diam melongo. Begitu juga dengan Luis.
'Apa maksudmu dengan segel?'
'Ahh.. aku lupa memberitahumu. Ditubuhmu saat ini tertanam lima segel kuno yang sangat rumit. Dan kau sudah berhasil membuka segel pertama.'
Kuro bingung. Ditubuhnya ada segel? Siapa yang menanam segel itu? Dan untuk apa?
Baru Kuto ingin bertanya. Aeria sudah berbicara duluan.
'Karena kau sudah membuka segel pertama. Kekuatanmu bertambah.'
Kuro sudah mengetahu itu saat membelah lima demon dengan mudah.
'Tapi bukan hanya itu saja. Kau sekarang bisa menggunakan sihir juga.'
Kuro terkejut. Sihir? Hal yang dianggap tabu oleh Kuro.
'Beritahu aku caranya.'
Kuro sangat bersemangat.
Dan Aeria hanya bisa mengehela nafas melihat tingkah Kuro.
'Kau hanya perlu memikitkan sihir apa yang akan kau gunakan. Sekarang kau bisa menggunakan tiga elemen sihir yaitu api,petir,dan kegelapan. Sebagai catatan lebih baik kau memberi nama untuk setiap sihir agar lebih mudah digunakan. Sisanya akan kujelaskan nanti. Bukankah sekarang ada yang harus kau urus terlebih dahulu.'
Kuro hanya tersenyum senang. Dia tidak menyangka kalau dia bisa menggunakan sihir. Sesuatu yang pernah dianggapnya tabu.
'Kau benar Aeria. Sampai jumpa.'
'Ya sampai jumpa Kuro-kun'
Suara Aeriapun hilang.
Sekarang ada tiga demon yang berlari kearahnya salah satunya mengeluarkan api kearah Kuro.
Tapi dengan mudahnya Kuro menghindar dia melompat kesamping.
"Yosh. Sihir apa yang harus kugunakan duluan. Ohh.. aku tau. Bakar dan hanguslah《fire ball》."
Telapak tangan Kuro diselimuti aura merah. Lama kelamaan aura itu berubah menjadi bola api seukuran besar bola basket.
Kuro melempar bola itu kearah ketiga demon. Dan sihirnya berhasil mengenai demon yang ditengah.
Serangan Kuro tidak sampai disitu saja. Saat mengenai musuh bola api Kuro meledak. Menciptakan kobaran api yang besar.
Kuro berhasil membunuh ketiga demon itu dengan mudah. Para prajurit yang melihat itu terkejut begitu juga dengan Luis. Dia tidak menyangka orang yang disebutnya penggangu bisa sekuat ini.
"Heh.. siapa selanj-"
Belum sempat Kuro selesai bicara. Perutnya sudah ditendang dengan kuat. Melemparnya sejauh beberapa meter.
"Ughh.. sialan. Aku belum siap tadi."
Kuro mendongkakkan kepalanya untuk melihat siapa musuhnya saat ini. Bertapa terkejutnya sekarang didepannya adalah demon yang sangat berbeda dari yang lain.
Demon itu memiliki empat tangan yang kekar dan berotot. Matannya merah darah dengan tatapan yang mengintimidasi.
Grrooorrr...
Demon itu meraung kencang dan berlari kearah Kuro.
Kuro tersenyum meremehkan demon itu. Diangkatnya tangan kirinya tinggi.
"Sambar dan jadilah ketiadaan《Lightning cloud》"
Awam hitam berkumpul dimedan tempur.
Blaarrrttt...
Petir menyambar acak. Dan dengan jentikan jari Kuro semua petir langsung menyambar ke arah demon itu.
BLLAAARRTTT...
Petir yang mengerikan menerjang demon itu. Kuro kira dia sudah menang tapi.
Dibalik kepulan asap terlihat dua mata merah menyala.
Grrooaarrr....
Demon itu berteriak keras. Menghilangkan kepulan asap dan menampakan tubuhnya yang kekar.
"Kau kuat juga."
Demon itu berlari kearah Kuro dengan kecepatan tinggi. Demon iti mengambil dua pedang prajurit yang telah gugur.
Diayunkannya pedang disalah satu tangannya horizontal kearah Kuro.
Kuro bisa menahannya. Tapi Kuro lupa satu hal. Pedang dilain tangan demon itu. Diayunkannya vertikal dan menyayat tubuh Kuro.
Sayatan cukup dalam tapi tidak sampai membuat Kuro hilang kesadaran.
"Baiklah kau yang meminta ini demon sialan. 《Lightning bless my sword》."
Pedang Kuro diselimuti petir biru terang. Kuro berlari kearah demon itu. Dan terjadilah adu pedang antara sang demon dan Kuro.
Prajurit yang melihat itu menghentikan pertarungannya sesaat sebelum melanjutkannya lagi.
Adu pedang antar keduanya berlangsung seru. Disetiap detiknya kecepatan demon itu bertambah. Sekarang kecepatannya sama atau bahkan lebih dari Rosemary.
Kuro kelihatan kewalahan melawan empat tangan sang demon. Bisa dilihat bahwa Kuro kalah kekuatan dan kecepatan dengan demon itu.
Baju Kuro sudah compang camping dan banyak luka sayatan ditubuhnya.
Sang demon mengayunkan kedua pedangnya kearah Kuro. Tapi masih bisa ditahan oleh Kuro. Tapi demon itu sudah menendang tulang rusuk Kuro. Membuatnya patah dan telempar beberapa meter.
Kuro sudah sangat kelelahan. Nafasnya sudah tak teratur.
Sang demon mendekati Kuro perlahan. Seakan mengatakan bahwa Kuro sudah tidak bisa melawannya.
Tapi Kuri tidak menyerah. Digunakannya sisa kekuatannya.
"《Fire ball》"
Sekali lagi Kuro melempar Fire ball ke arah sang demon. Tapi dengan mudah dibelah menjadi dua oleh demon itu. Tentu Kuro sangat terkejut.
'Kuro kau tidak bisa mengalahkannya. Kekuatannya lebih dari Rosemary.'
Suara Aeria kembali terdengar.
Kuro terkejut kekuatan demon didepannya ini lebih kuat dari Rosemary. Bagaimana bisa dia menang?.
'Aku sudah tau itu Aeria. Kau tidak perlu mengatakanya.'
Suara Kuro terdengar nada marah dan kecewa. Sesuatu yang jarang ditunjukan Kuro.
'Tidak. Kau masih bisa menang. Tapi persentasi keberhasilannya dibawah 40%'
Kuro terkejut. Dia tidak menyangka akan bisa menang melawan demon didepannya ini.
'Cepat beritahu aku caranya.'
Sekarang Kuro terlihat bersemangat. Dan Aeria hanya bisa menghela nafas panjang dengan sikap Kuro sekarang.
'Aku akan mengirim gambarannya. Tapi ingat ini ada efek sampingnya.'
Kuro hanya mengangguk. Seketika didalam otaknya banyak gambaran masuk seperti komputer yang dimasukan file file baru.
Demon itu sekarang tepat didepan Kuro. Dia mengangkat tinggi pedangnya dan mengayunkan kuat kearah Kuro.
Tapi Kuro bisa menahannya dengan pedangnya.
Bsuuusshhh
Gelombang angin tercipta saat kedua pedang bertemu.
"《Lightning schock》"
Dengan tangan yang lain Kuro menembakan sihir petir ke sang demon. Membuatnya tidak bisa bergerak.
Kuro melompat jauh kebelakang. Mengambil jarak dengan sang demon.
Dibuangnya pedangnya. Dan diangkatnya kedua tangan tinggi.
"Kau sang malapetaka. Yang lahir dari ketiadaan."
Angin berhembus kencang disekitar Kuro. Awan hitam menyelimuti arena pertempuran.
"Tunduklah pada penguasamu. Tunduklah padaku. Tuanmu.."
Kuro menarik nafas panjang. Lalu berteriak kencang.
"Semuanya. Pergi dari pertempuran. Aku tidak ingin membunuh kalian."
Mendengar teriakan Kuro semua prajurit lari meninggalkan para demon yang diam termenung.
Sekali lagi Kuro menarik nafas. Sang demon yang menjadi lawan Kuro tadi sudah sadar dan berlaru kearah Kuro. Tapi itu sudah terlambat dengan satu kalimat dari Kuro.
"AKU MEMANGGILMU SANG MALAPETAKA 《DEMENSION CREATE: HELL》"
Langit berubah warna jadi merah darah dan terbelah. Mengeluarkan kobaran api hitam yang panasnya ribuan kali dari api biasa.
Api itu menyapu para demon yang ada dipertempuran.
Seakan itu belum cukup. Tangan hitam kelam keluar dari tanah menarik da mengoyak tubuh para demon.
Setelah lima menit. Keadaan kembali normal matahari kembali bersinar dan angin bertiup lemah membawa sisa sisa para demon. Bisa dilihat kalau tempat pertempuran itu sudah kacau balau.
Hutan terbakar dimana mana. Dan banyak kawah yang tercepita.
Melihat semua musuh sudah mati. Para prajurit bersorak sorai menyambut kemenangannya. Tapi tidak dengan Luis. Dia menatap Kuro dalam diam.
"Sudah berakhirkah."
Setelah selesai bebicara Kuro kehilangan kesadarannya. Dia pingsan lagi. Tapi sebelum tubuhnya menghantam tanah. Luis dengan sigap menahan tubuh Kuro.
"Terima kasih Kuro."
Ditempat lain.Rosemary datang dengan zirah dan pedang baru.
Dia sangat terkejut dengan apa yang dia lihat. Medan pertempuran yang hancur.
Dia melihat sekeliling dan mendapati Luis yang menahan tubuh Kuro yang pingsan.
"Luis apa yang terjadi? Dimana para demon?."
Luis menatap Kuro lalu menjawab.
"Semuanya sudah mati. Anak ini sangat kuat."
Rosemary juga ikut melihat Kuro. Banyak pertanyaan dikepalanya. Namun disimpannya itu semua setidaknya sampai Kuro sadar.
Kuro mengayunkan pedangnya cepat kebelakang. Dan langsung membelah demon yang ingin menyerangnya.
Luis yang melihat itu hanya bisa diam. Keringat dingin mengalir dikeningnya.
Kuro juga merasa kekuatannya bertambah. Tidak hanya kekuatan fisik tapi auranya juga.
Aura Kuro kini berwarna merah,unggu,dan hitam.
'K-kekuatan apa ini?'
Para demon menyadari kekuatan Kuro dan menyerangnya secara berkelompok.
'Selamat Kuro-kun. Kau berhasil membuka segel pertama.'
Suara yang dikenal Kuro beberapa saat yang lalu. Bergema dikepalanya. Suara seorang perenpuan.
'Aeria. Kau kah itu?'
Ya. Suara itu adalah suara Aeria. Perempuan yang diselamatkannya ditempat yang tidak diketahui.
'Ya ini aku Kuro-kun'
Kuro tidak menjawab Aeria. Dia mengayunkan pedangnya vertikal kearah lima demon yang berlari kearahnya. Tebasan itu menghasilkan tebasan aura berwarna merah dan langsung membelah kelima demon itu menjadi dua bagian.
Prajurit yang melihat itu hanya diam melongo. Begitu juga dengan Luis.
'Apa maksudmu dengan segel?'
'Ahh.. aku lupa memberitahumu. Ditubuhmu saat ini tertanam lima segel kuno yang sangat rumit. Dan kau sudah berhasil membuka segel pertama.'
Kuro bingung. Ditubuhnya ada segel? Siapa yang menanam segel itu? Dan untuk apa?
Baru Kuto ingin bertanya. Aeria sudah berbicara duluan.
'Karena kau sudah membuka segel pertama. Kekuatanmu bertambah.'
Kuro sudah mengetahu itu saat membelah lima demon dengan mudah.
'Tapi bukan hanya itu saja. Kau sekarang bisa menggunakan sihir juga.'
Kuro terkejut. Sihir? Hal yang dianggap tabu oleh Kuro.
'Beritahu aku caranya.'
Kuro sangat bersemangat.
Dan Aeria hanya bisa mengehela nafas melihat tingkah Kuro.
'Kau hanya perlu memikitkan sihir apa yang akan kau gunakan. Sekarang kau bisa menggunakan tiga elemen sihir yaitu api,petir,dan kegelapan. Sebagai catatan lebih baik kau memberi nama untuk setiap sihir agar lebih mudah digunakan. Sisanya akan kujelaskan nanti. Bukankah sekarang ada yang harus kau urus terlebih dahulu.'
Kuro hanya tersenyum senang. Dia tidak menyangka kalau dia bisa menggunakan sihir. Sesuatu yang pernah dianggapnya tabu.
'Kau benar Aeria. Sampai jumpa.'
'Ya sampai jumpa Kuro-kun'
Suara Aeriapun hilang.
Sekarang ada tiga demon yang berlari kearahnya salah satunya mengeluarkan api kearah Kuro.
Tapi dengan mudahnya Kuro menghindar dia melompat kesamping.
"Yosh. Sihir apa yang harus kugunakan duluan. Ohh.. aku tau. Bakar dan hanguslah《fire ball》."
Telapak tangan Kuro diselimuti aura merah. Lama kelamaan aura itu berubah menjadi bola api seukuran besar bola basket.
Kuro melempar bola itu kearah ketiga demon. Dan sihirnya berhasil mengenai demon yang ditengah.
Serangan Kuro tidak sampai disitu saja. Saat mengenai musuh bola api Kuro meledak. Menciptakan kobaran api yang besar.
Kuro berhasil membunuh ketiga demon itu dengan mudah. Para prajurit yang melihat itu terkejut begitu juga dengan Luis. Dia tidak menyangka orang yang disebutnya penggangu bisa sekuat ini.
"Heh.. siapa selanj-"
Belum sempat Kuro selesai bicara. Perutnya sudah ditendang dengan kuat. Melemparnya sejauh beberapa meter.
"Ughh.. sialan. Aku belum siap tadi."
Kuro mendongkakkan kepalanya untuk melihat siapa musuhnya saat ini. Bertapa terkejutnya sekarang didepannya adalah demon yang sangat berbeda dari yang lain.
Demon itu memiliki empat tangan yang kekar dan berotot. Matannya merah darah dengan tatapan yang mengintimidasi.
Grrooorrr...
Demon itu meraung kencang dan berlari kearah Kuro.
Kuro tersenyum meremehkan demon itu. Diangkatnya tangan kirinya tinggi.
"Sambar dan jadilah ketiadaan《Lightning cloud》"
Awam hitam berkumpul dimedan tempur.
Blaarrrttt...
Petir menyambar acak. Dan dengan jentikan jari Kuro semua petir langsung menyambar ke arah demon itu.
BLLAAARRTTT...
Petir yang mengerikan menerjang demon itu. Kuro kira dia sudah menang tapi.
Dibalik kepulan asap terlihat dua mata merah menyala.
Grrooaarrr....
Demon itu berteriak keras. Menghilangkan kepulan asap dan menampakan tubuhnya yang kekar.
"Kau kuat juga."
Demon itu berlari kearah Kuro dengan kecepatan tinggi. Demon iti mengambil dua pedang prajurit yang telah gugur.
Diayunkannya pedang disalah satu tangannya horizontal kearah Kuro.
Kuro bisa menahannya. Tapi Kuro lupa satu hal. Pedang dilain tangan demon itu. Diayunkannya vertikal dan menyayat tubuh Kuro.
Sayatan cukup dalam tapi tidak sampai membuat Kuro hilang kesadaran.
"Baiklah kau yang meminta ini demon sialan. 《Lightning bless my sword》."
Pedang Kuro diselimuti petir biru terang. Kuro berlari kearah demon itu. Dan terjadilah adu pedang antara sang demon dan Kuro.
Prajurit yang melihat itu menghentikan pertarungannya sesaat sebelum melanjutkannya lagi.
Adu pedang antar keduanya berlangsung seru. Disetiap detiknya kecepatan demon itu bertambah. Sekarang kecepatannya sama atau bahkan lebih dari Rosemary.
Kuro kelihatan kewalahan melawan empat tangan sang demon. Bisa dilihat bahwa Kuro kalah kekuatan dan kecepatan dengan demon itu.
Baju Kuro sudah compang camping dan banyak luka sayatan ditubuhnya.
Sang demon mengayunkan kedua pedangnya kearah Kuro. Tapi masih bisa ditahan oleh Kuro. Tapi demon itu sudah menendang tulang rusuk Kuro. Membuatnya patah dan telempar beberapa meter.
Kuro sudah sangat kelelahan. Nafasnya sudah tak teratur.
Sang demon mendekati Kuro perlahan. Seakan mengatakan bahwa Kuro sudah tidak bisa melawannya.
Tapi Kuri tidak menyerah. Digunakannya sisa kekuatannya.
"《Fire ball》"
Sekali lagi Kuro melempar Fire ball ke arah sang demon. Tapi dengan mudah dibelah menjadi dua oleh demon itu. Tentu Kuro sangat terkejut.
'Kuro kau tidak bisa mengalahkannya. Kekuatannya lebih dari Rosemary.'
Suara Aeria kembali terdengar.
Kuro terkejut kekuatan demon didepannya ini lebih kuat dari Rosemary. Bagaimana bisa dia menang?.
'Aku sudah tau itu Aeria. Kau tidak perlu mengatakanya.'
Suara Kuro terdengar nada marah dan kecewa. Sesuatu yang jarang ditunjukan Kuro.
'Tidak. Kau masih bisa menang. Tapi persentasi keberhasilannya dibawah 40%'
Kuro terkejut. Dia tidak menyangka akan bisa menang melawan demon didepannya ini.
'Cepat beritahu aku caranya.'
Sekarang Kuro terlihat bersemangat. Dan Aeria hanya bisa menghela nafas panjang dengan sikap Kuro sekarang.
'Aku akan mengirim gambarannya. Tapi ingat ini ada efek sampingnya.'
Kuro hanya mengangguk. Seketika didalam otaknya banyak gambaran masuk seperti komputer yang dimasukan file file baru.
Demon itu sekarang tepat didepan Kuro. Dia mengangkat tinggi pedangnya dan mengayunkan kuat kearah Kuro.
Tapi Kuro bisa menahannya dengan pedangnya.
Bsuuusshhh
Gelombang angin tercipta saat kedua pedang bertemu.
"《Lightning schock》"
Dengan tangan yang lain Kuro menembakan sihir petir ke sang demon. Membuatnya tidak bisa bergerak.
Kuro melompat jauh kebelakang. Mengambil jarak dengan sang demon.
Dibuangnya pedangnya. Dan diangkatnya kedua tangan tinggi.
"Kau sang malapetaka. Yang lahir dari ketiadaan."
Angin berhembus kencang disekitar Kuro. Awan hitam menyelimuti arena pertempuran.
"Tunduklah pada penguasamu. Tunduklah padaku. Tuanmu.."
Kuro menarik nafas panjang. Lalu berteriak kencang.
"Semuanya. Pergi dari pertempuran. Aku tidak ingin membunuh kalian."
Mendengar teriakan Kuro semua prajurit lari meninggalkan para demon yang diam termenung.
Sekali lagi Kuro menarik nafas. Sang demon yang menjadi lawan Kuro tadi sudah sadar dan berlaru kearah Kuro. Tapi itu sudah terlambat dengan satu kalimat dari Kuro.
"AKU MEMANGGILMU SANG MALAPETAKA 《DEMENSION CREATE: HELL》"
Langit berubah warna jadi merah darah dan terbelah. Mengeluarkan kobaran api hitam yang panasnya ribuan kali dari api biasa.
Api itu menyapu para demon yang ada dipertempuran.
Seakan itu belum cukup. Tangan hitam kelam keluar dari tanah menarik da mengoyak tubuh para demon.
Setelah lima menit. Keadaan kembali normal matahari kembali bersinar dan angin bertiup lemah membawa sisa sisa para demon. Bisa dilihat kalau tempat pertempuran itu sudah kacau balau.
Hutan terbakar dimana mana. Dan banyak kawah yang tercepita.
Melihat semua musuh sudah mati. Para prajurit bersorak sorai menyambut kemenangannya. Tapi tidak dengan Luis. Dia menatap Kuro dalam diam.
"Sudah berakhirkah."
Setelah selesai bebicara Kuro kehilangan kesadarannya. Dia pingsan lagi. Tapi sebelum tubuhnya menghantam tanah. Luis dengan sigap menahan tubuh Kuro.
"Terima kasih Kuro."
Ditempat lain.Rosemary datang dengan zirah dan pedang baru.
Dia sangat terkejut dengan apa yang dia lihat. Medan pertempuran yang hancur.
Dia melihat sekeliling dan mendapati Luis yang menahan tubuh Kuro yang pingsan.
"Luis apa yang terjadi? Dimana para demon?."
Luis menatap Kuro lalu menjawab.
"Semuanya sudah mati. Anak ini sangat kuat."
Rosemary juga ikut melihat Kuro. Banyak pertanyaan dikepalanya. Namun disimpannya itu semua setidaknya sampai Kuro sadar.